Tubuh manusia sangat sensitif terhadap perubahan kadar cairan. Dehidrasi, atau kekurangan cairan, dapat terjadi ketika pengeluaran air melalui keringat, urin, atau pernapasan tidak diimbangi dengan asupan yang memadai. Gejala awalnya meliputi rasa haus, bibir kering, sakit kepala, dan penurunan konsentrasi. Dalam kondisi yang lebih parah, dehidrasi dapat memengaruhi tekanan darah dan fungsi ginjal. Kekurangan air juga membuat darah menjadi lebih kental, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Sebaliknya, kelebihan cairan atau overhidrasi juga dapat berdampak negatif. Meskipun lebih jarang terjadi, kondisi ini dapat menurunkan kadar natrium dalam darah — fenomena yang disebut hiponatremia. Gejalanya meliputi mual, kelelahan, dan dalam kasus ekstrem, gangguan fungsi otak. Oleh karena itu, keseimbangan adalah kunci: minum air secukupnya sesuai kebutuhan tubuh dan kondisi aktivitas. Tubuh memiliki mekanisme alami berupa rasa haus untuk menunjukkan kapan membutuhkan cairan tambahan.
Menjaga keseimbangan cairan juga berarti memperhatikan asupan elektrolit. Saat tubuh kehilangan cairan karena keringat, natrium, kalium, dan magnesium ikut terbuang. Menggantinya melalui makanan seperti buah, sayuran, dan kacang-kacangan membantu memulihkan kadar elektrolit alami. Dengan memahami risiko kekurangan dan kelebihan cairan, kita dapat menjaga sistem tubuh bekerja dengan stabil dan mencegah masalah kesehatan yang tidak diinginkan.
